Samarinda – Untuk pertamakalinya sejak Festival Olahraga Rekreasi-Masyarakat Nasional (Fornas) digelar pada tahun 2009 di Jakarta lalu, Kali ini pendaftaran peserta akan dilakukan secara online.

Hal ini diungkapkan Kadispora Kaltim, Syirajudin, saat menjadi narasumber pada Dialog Interaktif di RRI, Jumat (20/9) bersama Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kaltim, Encik Widyani dan Wakil Sekretaris Umum Formi Kaltim, Bahri.

Pendaftaran via online menurut Kadispora telah disiapkan oleh Dispora Kaltim dan pada Rabu (18/9) kemarin dipresentasikan di hadapan Panitia Nasional (Pannas) di Jakarta dan mendapat apresiasi oleh Pannas yang akan segera bersurat ke seluruh provinsi agar segera melakukan pendaftaran.

“Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Dispora Kaltim adalah dengan menyediakan aplikasi agar seluruh Peserta dapat melakukan pendaftaran via online, hal ini pertamakali dilakukan dan terobosan baru untuk penyelenggaraan Fornas,” katanya.

Disampaikannya juga Fornas V yang akan digelar di Samarinda, Kalimantan Timur, 15-18 November mendatang tema yang diangkat adalah ’Pemberdayaan Olahraga Rekreasi Masyarakat Mendukung Kesuksesan Pembangunan SDM Indonesia’.

“Disamping itu, tidak hanya pada kegiatan olahraga rekreasi masyarakat, dalam Fornas V juga akan dilaksanakan pameran dan promosi, gelar budaya dari 34 provinsi, serta hiburan rakyat, bisa dibayangkan bagaimana ramainya Samarinda nanti, sehingga kita harapkan Samarinda juga dapat bersolek diri mempersiapkan diri menyambut tamu-tamu dari seluruh daerah,” tambahnya.

Encik Widyani sendiri menyampaikan sebagai tuan rumah, Kaltim bertekad untuk menjadikan Fornas yang terbaik dan berhasil memperkenalkan olahraga-olahraga yang dilombakan dikenal dan disambut baik dan bisa ada di setiap lini lingkungan masyarakat.

“Fornas merupakan PON-nya olahraga masyarakat, nantinya akan ada 54 induk olahraga di bawah naungan FORMI yang dipertandingkan terdiri dari 37 Indor, 10 olahraga kearifan lokal dan 7 ekhsebisi, yang akan menampilkan keunikan dari olahraga masing-masing. Dimana 3 generasi akan menjadi peserta dari usia muda hingga dewasa,” jelasnya.

Bahri menambahkan untuk Kontingen Kaltim akan berkekuatan 600 atlet dengan target menjadi juara umum atau kontingen dengan peraih medali terbanyak dan tentunya tetap mengedepankan menjadi tuan rumah yang baik untuk semua tamu yang datang.

SAMARINDA— Seiring perubahan waktu dan zaman permainan tradisional perlahan-lahan mulai ditinggalkan karena tergerus zaman. Dengan adanya teknologi yang mulai menjamur di masyarakat saat ini, permainan tradisional mulai tidak dilirik lagi oleh anak-anak.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim ada 15 jenis permainan tradisional di Kaltim yang mulai hilang.

Hal tersebut diungkapkan Kabid Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim, Noer Adenany ujarnya belum lama ini.

Ia mengatakan adapun 15 jenis permainan tradisional di Kaltim yang mulai hilang, antara lain, Begasing, Paku Lele, Engrang, Main Kelereng, Asinan, Lompat Tali, Asinan Naga, Petak Umpet, Telepon kaleng, Cangklok, Ular Naga, Bekel, Sentokan, Meriam Bambu dan Cina Boy.

“Permainan ini sudah mulai terpinggirkan oleh permainan modern, seperti permainan video game, playstation, game online, berbagai permainan yang tersedia di komputer, laptop, bahkan gawai dan permainan modern lainnya,” bebernya.

Permainan tradisional menurutnya, berperan menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti asek motorik, kognitif, emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai moral. Selain itu, nilai dan manfaat permainan tradisional diantaranya yaitu memahami konsep sprotivitas, melatih kemampuan fisik anak, belajar mengelola emosi, menggali kreativitas, mengenal kerjasama, meningkatkan rasa percaya diri, dan bersosialisasi lewat permainan.

Dirinya juga mengatakan permainan tradisional yang dimiliki masyarakat Kaltim, merupakan aset kebudayaan bangsa yang seharusnya dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan kemajuan zaman ditengah pesatnya dunia IT di era global.

Saat ini pihaknya tengah menggiatkan permainan tradisional melalui sekolah-sekolah sebagai muatan lokal siswa dan meningkatkan kepedulian OPD terkait, masyarakat dan dunia usaha melalui lomba/event yang menarik untuk mengembangkan potensi dari permainan tradisional.