Jakarta—Salah satu protokol kesehatan yang harus dilakukan dengan disiplin ketat di masa pandemi ini adalah mencuci tangan dengan sabun di air mengalir selama 20 detik. Selain bisa memutus rantai penularan, kebiasaan mencuci tangan ini juga bisa membangun infrastruktur perilaku hidup bersih dan sehat.
Hal itu dikatakan Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro dalam telekonferensi di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (11/6/2020).
Menurut dr. Reisa, adaptasi kebiasaan baru akan berhasil apabila dijalankan dengan disiplin. Hal tersebut sering ditekankan tetapi belum diterapkan dengan baik.
Di sisi lain ada keinginan angka positif Covid-19 turun. Sayangnya hal ini tidak tercapai tanpa praktik dan disiplin terhadap protokol kesehatan tersebut.
“Sangatlah mudah dilakukan cuci tangan di air mengalir dengan sabun. Ketika tidak menemukan tempat cuci tangan gunakan hand sanitizer. Kemanapun pergi selalu bawa hand sanitizer,” ucap Dokter Reisa.
Hingga saat ini, antivirus atau vaksin belum ditemukan, berbagai uji masih terus dilaksanakan. Namun belum dipastikan kapan ada vaksin yang efektif. Menurutnya, vaksin bisa melindungi manusia dari virus.
“Patuhi protokol kesehatan, tameng kita mengurangi risiko penularan Covid-19,” imbuhnya.
Salah satu protokol kesehatan adalah mencuci tangan dengan baik dan benar. Hal ini sangat penting untuk dilakukan. Lebih dari 1.000 jenis kuman bakteri, virus, jamur dapat terbawa di tangan. Bagi dokter dan tenaga di rumah sakit penelitian menunjukkan lebih besar lagi potensinya.
Dengan memegang benda-benda di sekeliling bisa saja menularkan virus dan bakteri. Apabila menyentuh mata, mulut, hidung sebelum mencuci tangan virus bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh.
Sejumlah studi menyebut virus Covid-19 bertahan 72 jam di atas permukaan plastik, stainless stell atau besi tahan karat. Bertahan empat jam di tembaga dan kurang dari 24 jam di kertas karton. Kemungkinan besar masyarakat akan menyentuh itu jika berada di luar rumah.
“WHO sarankan cuci tangan yang benar 7 langkah selama 20 detik. Wujudkan disiplin protokol kesehatan ini di tempat ibadah, pasar, sarana perkantoran, stasiun kereta api dan tempat-tempat lainnya,” paparnya.
Ia menyebut, beradaptasi bukan menyerah atau mengalah tetapi mengubah kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan.
Gerakan cuci tangan masif, massal bukan hanya dapat memutus penularan Covid-19, tetapi sekaligus meningkatkan infrastruktur perilaku hidup bersih sehat.
Survei Badan Pusat Statistik tahun 2019 menyebut, proporsi perkotaan yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan mengalir di Indonesia masih di bawah 80%. Bahkan di populasi perdesaan angkanya lebih jauh lagi.
“Maka jadikan gerakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk melawan Covid-19 sekaligus membangun sarana kesehatan untuk kemaslahatan semua orang,” tuturnya.