Kutai Timur – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tuah Benua Kutai Timur (Kutim) terus berkomitmen untuk meningkatkan layanan penyediaan air bersih di seluruh wilayah Kutim. Bahkan hingga saat ini, hampir semua desa yang berada pada 18 Kecamatan di Kutim, secara bertahap sudah mulai bisa menikmati layanan air bersih dari PDAM Kutim. Namun demikian, ternyata beberapa kecamatan di Kutim masih termasuk dalam kategori daerah rawan air bersih, terutama saat musim kemarau panjang melanda. Karenanya, saat ini PDAM Kutim tengah memprogramkan upaya dalam pengatasi kekurangan air bersih pada daerah-daerah di Kutim yang tergolong rawan ketersediaan air bersih. Demikian disampaikan Direktur PDAM Tirta Tuah Benua Kutim, Suparjan kepada sejumlah awak media.
Dikatakan, dalam penanganan masalah kemarau di Kutim, PDAM Kutim memiliki tiga program perencanaan penanganan, yakni program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Saat ini, ada dua kecamatan di Kutim yang masuk dalam kategori rawan ketersediaan air bersih terutama saat musim kemarau melanda, yakni Kecamatan Sangatta Selatan dan Kecamatan Teluk Pandan. Untuk kedua kecamatan ini, program jangka panjang yang dilakukan PDAM Kutim adalah mencari sumber air baku alternatif. Pada Kecamatan Sangatta Selatan, pihaknya saat ini sedang mengerjakan pipa interkoneksi air bersih dari intake IPA (Instalasi Pengolahan Air) Kabo Jaya, yang selama ini menjadi sumber air bersih bagi sebagian warga Kecamatan Sangatta Utara. Koneksi pipa air bersih ini, khusus untuk wilayah Sangatta Selatan yang berada di kawasan Jembatan Pinang, Patung Burung, Masabang hingga sebagian desa Sangatta Selatan.
“Untuk menghadapi musim kemarau, PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum, red) Kutim memiliki program jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Untuk program jangka panjang, maka PDAM harus mencari sumber air baku alternatif untuk mengatasi daerah yang rawan air bersih. Di Kutim sendiri saat ini, ada dua kecamatan yang masuk dalam kategori daerah rawan air bersih terutama saat musim kemarau panjang, yakni Kecamatan Sangatta Selatan dan Kecamatan Teluk Pandan. Khusus untuk Kecamatan Sangatta Selatan, saat ini kami (PDAM Kuitm, red) tengah mengerjakan interkoneksi pipa induk dari intake IPA (Instalasi Pengolahan Air, red) Kabo Jaya, Sangatta Utara. Namun interkoneksi ini hanya untuk wilayah Sangatta Selatan yang berada di sekitar kawasan Jembatan Pinang, Patung Burung, Masabang dan sebagian Desa Sangatta Selatan. Jika terjadi kemarau, kawasan tersebut masih bisa mendapatkan air bersih, meski tetap dilakukan penggiliran suplai air,” ujar Suparjan.
Lanjutnya, untuk sebagian wilayah lainnya di Kecamatan Sangatta Selatan, seperti Kantor Camat Sangatta Selatan, Kampung Kajang dan sekitarnya, PDAM Kutim juga akan melakukan interkoneksi pipa induk yang dihubungkan dari IPA Kudungga yang sumber air bakunya berasal dari Telaga Kenyamukan, yang berada di area tambang batubara milik PT KPC (Kaltim Prima Coal). Kedua proyek bypass pipa induk air bersih ini, dipastikan akan menelan biaya lebih dari Rp 30 miliar.
“Klo untuk Sangatta Selatan yang masuk wilayah kantor camat, kampung kajang dan sekitarnya, akan kita sambungkan pipa dari IPA Kudungga. Nah, urusan krisis air bersih di Kecamatan Sangatta Selatan untuk jangka panjang, sudah ada solusinya dan teratasi. Biaya yang dikeluarkan untuk penyambungan bypass pipa induk dari IPA Kabo maupun dari IPA Kudungga, anggarannya lebih dari Rp 30 miliar,” sebutnya.
Khusus permasalahan ketersediaan air bersih untuk Kecamatan Teluk Pandan, saat ini PDAM Kutim sedang menyiapkan Detail Enginering Desain (DED) untuk memamfaatkan sumber air baku yang ada di kawasan tambang batubara milik PT Indominco. Layaknya perlakuan yang sama dengan Telaga Kenyamukan milik PT KPC, air baku dari danau milik PT Indominco ini juga akan dialirkan bagi masyarakat di Kecamatan Teluk Pandan dan sebagian akan dijual ke Kota Bontang. Sedangkan untuk penanganan jangka pendek di kedua wilayah rawan air bersih tersebut, tentu PDAM Kutim tetap menyediakan suplai air bersih melalui mobil-mobil tangki air bersih yang dimiliki PDAM.
“Klo untuk Kecamatan Teluk Pandan yang juga termasuk daerah rawan air bersih, kami akan mengambilkan alternatif air baku yang berasal dari danau milik PT Indominco. Saat ini kami sedang menggarap DED (Detail Enginering Desain, red), untuk pengelolaan danau bekas tambang tersebut. Perlakuannya mungkin sama persis dengan Telaga Kenyamukan milik PT KPC (Kaltim Prima Coal, red). Nantinya air dari Indominco ini akan kami alirkan kepada masyarakat di Kecamatan Teluk Pandan dan sebagian lagi akan kami jual ke Kota Bontang. Tentunya untuk menyelesaikan DED ini, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kami memerlukan dukungan anggaran dari Pemkab kutm untuk mengawal anggaran yang dimiliki PDAM Kutim sendiri. Sementara untuk program penanganan jangka pendek, pada kedua wilayah (Kecamatan Sangatta Selatan dan Teluk Pandan, red) tetap kita suplai air bersih menggunakan mobil-mobil tangki air bersih yang kita miliki,” ucap Suparjan.