SAMARINDA—- Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada bulan Agustus 2020 mengalamai deflasi sebesar -0,17 persen dengan Inflasi tahun kalender sebesar 0,75 persen dan Inflasi tahun ke tahun sebesar 0,62 persen.
Kepala BPS Kaltim, Anggoro Dwithjahyono mengatakan deflasi kaltim dipengaruhi oleh kedua kota pembentukannya yaitu Samarinda dan Balikpapan. Berdasarkan data jika dirinci pada bulan Agustus 2020, Kota Samarinda mengalami deflasi sebesar -0,16 persen dengan IHK 104,24. Sementara Kota Balikpapan mengalami deflasi -0,21 dengan IHK sebesar 103,35 persen,
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar -0,99 persen diikuti kelompok transportasi sebesar -0,45 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,02 persen. Sebut Anggoro saat rilis bulanan secara virtual melalui Youtube, Senin (1/9/2020).
Sementara kelompok lainnya menunjukkan peningkatan indeks yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,21 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,20 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,18 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,07 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,06 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen.
“Bulan Agustus 2020, dari 11 kelompok pengeluaran ada delapan kelompok memberikan andil/sumbangan inflasi dan tiga kelompok memberikan andil/sumbangan deflasi,” bebernya.
Lanjutnya, sedangkan kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,1244 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,0076 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,0065 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil sebesar 0,0060 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,0027 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,0024 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,0019 persen dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,0012 persen.
Selain itu, Kelompok yang memberi andil negatif yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar -0,2804 persen; kelompok transportasi sebesar -0,0591 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil sebesar -0,0012 persen.
Sedangkan dari 90 kota pantauan IHK nasional sebanyak 37 kota mengalami inflasi dan 53 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 0,88 persen dan terendah terjadi di Batam, Kediri dan Kotamobagu masing-masing sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar -0,92 persen dan terendah sebesar -0,01 persen terjadi di Sibolga, Tembilahan, Bekasi dan Banyuwangi.
Kemudian dari 12 kota IHK di wilayah Pulau Kalimantan terdapat tiga kota yang mengalami inflasi dan sembilan kota lainnya mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 0,35 persen dengan IHK 104,72 dan inflasi terendah terjadi di Kotabaru sebesar 0,23 persen dengan IHK 106,54. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Sintang sebesar -0,58 persen dengan IHK sebesar 109,60 dan deflasi terendah terjadi di Pontianak sebesar -0,15 persen dengan IHK sebesar 105,49,”imbuhnya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!