Penajam, (16/9)- Perencanaan kawasan konservasi mangrove yang di dalamnya terdapat populasi bekantan serta perimata lain di Sungai Tunan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, akan terintegrasi dengan kawasan lain mulai dari Penajam, Babulu, hingga Sepaku.

“Kawasan yang sekarang masih proses pengusulan konservasi ini ada di DAS Sungai Tunan, Kecamatan Waru, tapi dalam perencanaanya akan terintegrasi dengan kawasan lain,” ujar Penanggungjawab Program Pembangunan Pemberdayaan Kelurahan dan Perdesaan Mandiri (P2KPM) Kabupaten PPU Sunarto Sastrowardojo di Penajam, Rabu.

Pengembangannya akan dilakukan setelah pihaknya bersama tim memperoleh data teknis dari peneliti. Berangkat dari data teknis itu, maka integrasinya adalah ke kawasan sejenis di Penajam yang meliputi Lawe Lawe dan Tanjung Tengah, kemudian Api-Api, Babulu, hingga Kecamatan Sepaku.

Ia mengatakan, konservasi alam dan keanekaragaman hayati di PPU memang menjadi prioritas karena pihaknya ingin menjaga alam tetap lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Menurut Sunarto, slogan ekologi dan ekonomi bisa berdampingan, hingga saat ini masih merupakan slogan yang manis-manis sepet, sehingga slogan ini ia upayakan menjadi realita.

Sunarto yang juga Ahli Madya Perencanaan Wilayah itu melanjutkan, Kabupaten PPU harus segera mengintegrasikan konsep perencanaan, lingkungan hidup, pendidikan, korporasi, pemberdayaan, hingga sektor pariwisata.

“Menurut hemat saya, kepedulian lingkungan dan merawat alam hanya akan bisa berkesinambungan jika menimbulkan dampak positif dari sisi ekonomi masyarakat, sehingga masyarakat sekitar harus dilibatkan dalam pengelolaan amenitas wisata,” katanya.

Ia melanjutkan, Kabupaten PPU telah memiliki Perda Nomor 24/2012 tentang Lingkungan Hidup dan Konservasi, termasuk Perbup Nomor 9/2017, sehingga pihaknya kini konsentrasi pada usulan Surat Keputusan penetapan kawasan spesifik dan endemik flora dan fauna seperti mangrove dan bekantan.

“Hal ini sangat penting karena populasi primata mengalami penurunan drastis jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2010. Penurunan populasi bekantan di Sungai Tunan yang diperkirakan tinggal ratusan ekor terjadi akibat eksploitasi DAS,” kata Narto.

Dilanjutkannya, perlakuan yang tidak disadari oleh kelompok orang juga merupakan faktor perusak habitat bekantan, seperti adanya kelompok masyarakat yang rutin memberi makan bekantan, padahal ini justru akan merusak perilaku primata dan mendorong potensi konflik dengan manusia.

“Program P2KPM yang akan dibantu oleh ahli biologi dan ahli sungai terus mendorong adanya penetapam kawasan konservasi, kemudian kawasan itu juga menjadi wahana edukasi. Insyaallah dengan dukungan banyak pihak, kami akan mewujudkan rumah literasi mangrove dan bekantan,” ucapnya.

Tana Paser – Menjelang Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia, sudut jalan di Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser mulai dipadati penjual bendera. Momen ini menjadi kesempatan para pedagang bendera musiman untuk menjajakan barang dagangannya. Pekerjaan utamanya adalah petambang batu dan kayu.

Pantauan pada 28 Juli 2020, atau 20 hari menjelang HUT ke-75 RI, para pedagang mulai terlihat di berbagai sudut jalan. Para penjual bendera mulai terlihat di jalan Yos Sudarso atau yang lebih dikenal dengan kawasan siring Kandilo.

Ian, salah satu pedagang bendera, mengakui sudah satu minggu ini dia mulai berjualan. “Sudah satu minggu dari sekarang namun masih sepi pembeli,” katanya, Selasa (28/07/2020).

Sudah setahun Ian bekerja sebagai pedagang bendera. Ia merasa masa pandemi membuat dagangannya sepi pembeli. “Biasanya sudah banyak pembeli, akan tetapi baru 1-5 orang sejak saya berjualan,” ungkap Ian.

Diakuinya, bendera yang ia jual bukan miliknya. Ia berbagai penghasilan dengan orang lain yang memberikannya modal. “Biasanya penjual dapat persenann dari penjualan, tapi karean bos ini teman jadimnya saya enak saja,” kata Ian.

Lanjut Ian, kebanyakan pembeli mencari bendera merah putih dan umbul-umbul. “Jenis bendera yang paling laku yaitu bendera merah putih ukuran semeter 30 dan umbul-umbul,” katanya.

Terdapat 10 jenis bendera yang dijual dengan harga beragam mulai dari harga Rp30 ribu hingga Rp500 ribu/bendera.

Ian membrandol bendera umbul-umbul dengan harga Rp30 ribu, bendera bandir Rp50 ribu, bendera background berukuran kecil Rp250 ribu dan bendera background berukuran besar Rp500 ribu.

Berau – Wakil Bupati Berau, H Agus Tantomo menyebutkan jika objek wisata melihat Whale Shark atau Hiu Tutul di Kecamatan Talisayan, Kalimantan Timur merupakan objek wisata alternatif yang bisa dijual ditengah pandemi Covid-19.

Pasalnya, berwisata melihat hiu tutul tidaklah akan menlanghar protokol kesehatan lantaran jumlah wistawan yang ingin melihat habitat hiu tutul terbatas.

“Objek wisata melihat habitat hiu tutul menarik dikaitkan dengan pandemi ini. Bisa dijual tanpa harus melanggar protokol kesehatan,” ujarnya.

“Wisatawan yang ingin melihat hiu tutul ini kan menggunakan kapal kecil yang bisa memuat maksimal 14 orang saja. Ide ini akan saya sampaikan ke pemerintah kampung dan camat di Talisayan,” terangnya.

Akses ke lokasi hiu tutul di Talisayan, wisatawan harus menyewa kapal klotok milik nelayan untuk menuju bagan nelayan, pasalnya hiu tutul akan mendekat di bagan untuk menunggu makananan ikan kecil yang dibuang dari bagan.

“Harus berangkat jam 5 subuh, karena pagi-pagi nelayan di bagan beraktivitas memilah ikan tangkapannya. Ikan kecil dan jenis lainnya dibuang kelaut, dan itu menarik hiu tutul untuk mendekat ke bagan,” kisahnya.

“Harga sewa kapal bervariasi, Rp 600.000 untuk kapal kecil berkapasitas 6 orang dan Rp 1.200.000 untuk kapal besar berkapasitas 10-14 orang,” tuturnya.

Untuk melihat hiu tutul, wisatawan harus memberikan makanan ikan kecil yang bisa didapati dari bagan.

“Harus diberikan terus makanan agar hiu tutulnya tidak kemana-mana. Ikan kecilnya bisa kita beli ke nelayan di bagan,”kata Agus Tantomo.

“Hiu tutul ini pemakan plankton dan ramah, namun gampang terluka karena kulitnya sensitif jadi tidak boleh disentuh. Jadi kalau berenang bersama hiu tutul ada aturannya untuk  jaga jarak aman,” tutupnya.

Samarinda – Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mengatakan setelah melewati dua tahapan atau fase dalam pemulihan menuju tatanan kehidupan baru, maka Pemerintah Kota Samarinda mulai membuka beberapa tempat publik.

Beberapa tempat umum yang mulai diperbolehkan untuk beroperasi adalah obyek wisata. Setelah sempat lebih dari tiga bulan ditutup untuk umum, maka obyek wisata dan keramaian publik seperti taman, mulai diperbolehkan untuk dikunjungi.

“Sudah empat bulan atau selama Covid-19 banyak tempat wisata dan taman tidak difungsikan. Sekarang di masa fase relaksasi tahap tiga, kita mulai melonggarkan tempat-tempat umum dan tempat wisata dengan menerapkan protokol kesehatan akibat korona yang begitu luar biasa,” ucap Syaharie Jaang, Senin (6/7/2020).

Menurut wali kota dua periode ini setelah lama lebih banyak berdiam di rumah sesuai anjuran Pemerintah, sudah saatnya penyegaran dengan melakukan kunjungan ke objek-objek pariwisata, salah satunya adalah di Taman Samarendah.

Menurut Jaang, Pemkot Samarinda terus mengevaluasi dan mendata perkembangan Covid-19 di Kota Samarinda yang semakin hari tingkat penyebarannya turun dan tidak terjadi transmisi lokal.

Dicontohkannya Taman Samarendah, untuk memasuki tahap tiga relaksasi, telah disediakan tiga titik tempat cuci tangan yang terletak di dekat patung kuda, area fitnes out door dan depan Museum Samarinda.

“Titik keramaian juga sebagian besar sudah kita siapkan tempat pencucian tangan. Jadi intinya

di fase relaksasi tahap tiga ini kita tetap menjaga protokol kesehatan. Selalu pakai masker, jaga jarak, sering-sering cuci tangan dan amalkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS),” pesannya.

Dalam waktu dua pekan terakhir, wali kota telah meresmikan beberapa obyek wisata, diantaranya mengaktifkan kembali kapal wisata susur Sungai Mahakam, membuka obyek wisata Puncak Stelling, Puncak Samarinda dan menyalakan lampu Taman Samarinda, sebagai simbol dibukanya kembali taman di pusat kota tersebut.

Samarinda – Pemerintah Kota Samarinda pada 1 Juni 2020 lalu secara resmi memberlakukan fase relaksasi tahap satu. Kini fase relaksasi tersebut meningkat pada tahap dua yaitu mulai tanggal 15 juni 2020. Dalam relaksasi tahap dua ini, Pemkot Samarinda mengizinkan tempat wisata untuk dapat dibuka kembali.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Samarinda, dr Osa Rafshodia menjelaskan fase relaksasi ini memang bukan berarti tidak ada sama sekali penambahan kasus, justru dimasa relaksasi ini kasus masih saja terjadi.

“Ini merupakan hal yang wajar, artinya mengindikasikan bahwa tim surveilans terus mencegah penyebaran virus itu terjadi. Justru menjadi pertanyaan apabila kemudian tidak ada ditemukan penambahan kasus di masa relaksasi,” jelasnya saat jumpa pers pada Rabu (17/6/2020).

Dijelaskan pemberlakuan fase relaksasi tahap dua berdasarkan evaluasi fase relaksasi tahap satu yang dianggap berhasil dikendalikan. Diakui terdapat penambahan pasien terkonfirmasi positif selama fase relaksasi, namun hal itu dianggap merupakan wajar.

Menurut dr Osa, berdasarkan data yang dirilis oleh Dinkes Samarinda, tercatat setidaknya terdapat penambahan 16 kasus terkonfirmasi positif selama masa relaksasi satu.

Dijelaskan dr Osa, penambahan kasus ini juga dari hasil dari swab massal yang dilakukan oleh Dinkes Kota Samarinda di beberapa tempat publik, seperti pasar tradisional.

“Dalam rentan waktu dari 1 Juni hingga 15 Juni, ada 16 kasus terkonfirmasi positif. Hal ini lantas menjadi sorotan dan pertanyaan dimasyarakat, terkait dengan kebijakan relaksasi ini. Dinkes Kota Samarinda menyatakan bahwa angka reproduksi penyebaran kasus (RT) di Samarinda sudah di bawah 1, yaitu pada skala 0,8,” jelasnya.

BERAU – Wakil Bupati Berau, H Agus Tantomo membahas industri pariwisata di tengah pandemi Covid-19 bersama Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, Dra. Sri Sahyuni, dalam program Bincang Asik (Bisik) episode ke – 9 yang berlangsung live di official media sosial Wabup, Selasa (9/6/2020), pukul 21.00 Wita.

Dalam perbincangan tersebut, Wabup H Agus Tantomo mempunyai keinginan untuk membuka kembali objek wisata di Bumi Batiwakkal dengan syarat mematuhi protokol Covid-19.

Hal itu pun disepakati oleh Kadispar Pariwisata Kalimantan Timur, Dra. Sri Wahyuni. Menurutnya, tempat wisata bisa kembali dibuka ditengah pandemi, tapi harus disertai dengan persyaratan yakni menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

“Bisa saja dilakukan, asalkan para wisatawan yang berkunjung harus mempunyai surat kesehatan bebas virus corona jika ingin berkunjung ke tempat wisata,” tutur Kadinkes Pariwisata Kaltim, Dra. Sri Wahyuni dalam program bincang asik bersama Wabup, H Agus Tantomo.

“Jika Pemerintah Kabupaten Berau membuka kembali objek wisata, artinya Berau telah siap untuk  menghadapi New Normal, karena kita sedang menjalani pemulihan Covid-19,” jelsanya.

Dikatakan Wabup H Agus Tantomo, untuk membuka kembali objek wisata perlu komitmen besar dan kesepakatan bersama.

“Jika ingin dibuka kembali, perlu peran besar para pelaku industri wisata untuk mengkampanyekan new normal dan menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.

“Harus dijalankan dengan disiplin jika objek wisata kita buka kembali,” tutupnya.

Samarinda – Jalan Usaha Tani, Kelurahan Lempake, Samarinda Utara yang setiap banjir datang selalu tergenang, menjadi “obyek wisata” dadakan bagi warga sekitarnya.

Puluhan pedagang makanan ringan dan minuman berjejer di tepi jalan. Baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun yang menggunakan meja-kursi. Otomatis, jalan selebar enam meter ini menjadi sempit dan membuat kendaraan harus berjalan pelan.

“Ini sebenarnya bukan obyek wisata. Tetapi setiap banjir, di kiri dan kanan jalan menjadi seperti lautan, karena sejauh mata memandang hanya air saja yang terlihat. Inilah yang menarik warga untuk bersantai di sore hari,” ujar Gani, warga Betapus yang rumahnya tidak jauh dari pantai dadakan ini, Jumat sore (29/5)/2020).

Bahkan pada Selasa, 26 Mei lalu seorang anak berusia 10 tahun meninggal dunia akibat berenang dan tewas tenggelam di area persawahan tepi kiri dan kanan jalan. Namun, hingga Jumat sore, kejadiaan naas tersebut tidak menyurutkan warga untuk terus datang sekadar untuk bersantai.

Tampak juga puluhan pencari ikan dengan menggunakan jaring ikan berbentuk persegi yang mereka sebut ”hancau”. Cara kerjanya, jarring berbentuk persegi ini direndam di dalam air dan beberapa saat kemudian diangkat untuk menangkap ikan yang terseret arus.

Bahkan, tidak kalah dengan suasana pantai, beberapa perahu sengaja disewakan untuk mengangkut “wisatawan’ yang ingin berkeliling area banjir dengan biaya Rp10.000/ penumpang.

“Kalau banjir tingginya bisa mencapai dua meter. Cukup untuk membawa penumpang dengan perahu,” ujar Amat.

Sementara itu, Dinas Sosial Kota Samarinda dan Polsek Sungai Pinang setelah timbulnya korban tewas, memasang garis polisi dan melarang anak-anak untuk berenang.

“Ini bukan tempat wisata, ini banjir yang kita tidak tahu berapa ketinggian airnya. Sebaiknya orang tua melarang anak-anak berenang karena sangat berbahaya,” ujar relawan bernama Rahman.

BONTANG – Ditetapkannya Bontang dengan status kejadian luar biasa (KLB) sejak (23/3) lalu turut pengaruhi pendapatan asli daerah (PAD) pada triwulan pertama tahun ini.

Kepala Bappenda Bontang Sigit Alfian menuturkan, ada dua sumber PAD yang tidak memenuhi target Bappenda yakni 15 persen yakni pariwisata dan restoran.

Dari akumulasi kedua sumber pajak tersebut, pada triwulan pertama ini dana yang berhasil diserap sebanyak Rp 1,4 M dari target Rp 1,7 M.

“Baru terserap 12,78 persen, target kami di triwulan pertama ini sebanyak 15 persen tiap sumber pajak ,”pungkasnya

Sigit menjelaskan, meskipun dua sektor pajak tersebut tidak tercapai, namun masih ada sumber pajak lain yang berhasil melampaui target. Diantaranya pajak penerangan jalan dengan capaian 26 persen (Rp 8,3 M), dan Reklame Penerangan Jalan 19 persen ( Rp 113 juta ). Sedangkan pajak bumi dan bangunan masih menunggu laporan.

” Masih ada yang melampaui target, kami memang sudah kejar sejak bulan pertama dan kedua,” pungkasnya

Lebih lanjut dia menjelaskan, tidak tercapainya target PAD di tengah wabah virus corona perlu dipahami sebagai masalah nasional yang juga berdampak pada tiap daerah di Indonesia. Diapun mengungkapkan untuk meningkat PAD pihaknya akan memaksimalkan dana bagi hasil dari tiap perusahaan besar yang ada di Bontang.

” Corona ini sudah menjadi masalah dari tingkat Nasional hingga daerah, kita tidak perlu terlalu khawatir terhadap masalah perekonomian dulu. Namun fokus ke penyelesaian masalah corona ini,” pungkasnya. ***

SAMARINDA — Kalimantan Timur yang ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara Baru tentunya juga dikenal sebagai Indonesia Mini. Hal ini tidak terlepas dari berbagai suka dan budaya yang ada didalamnya.

Dibuktikan dengan diadakannya Festival Aruh Ganal Budaya Banjar yang resmi dibuka oleh Gubernur Kaltim Isran Noor, semalam (13/3) di lapangan Parkir GOR Segiri Samarinda.

Kebudayaan Kalimantan Selatan yang identik dengan suku banjar sangat kental terlihat di calon IKN dan hal tersebut dibenarkan oleh Bupati Kutai Timur Ismunandar yang dalam kesempatan tersebut ditetapkan sebagai Ketua Keluarga Kerukunan Banjar Kalimantan Timur (KKBKT).

“Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi kegiatan yang pertama dan seterusnya,”ucap Ismu dalam sambutannya.

Festival ini berlangsung selama 3 hari dan akan berakhir pada Minggu (15/3).Festival ini diikuti oleh 12 pengurus Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) dari Indonesia hingga Malaysia.

Gubernur Kaltim Isran Noor juga dalam kesempatan tersebut berharap semoga tali silahturahmi dapat terus bersambung, kuat dan memberikan manfaat satu dengan yang lainnya.

Harapannya kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda tahunan yang rutin dilaksanakan guna menjaga dan melestarikan kebudayaan serta tradisi yang dimiliki oleh masing-masing daerah agar lebih dikenal tidak hanya di Indonesia saja melainkan hingga mancanegara. (DISKOMINFO/Lely)